Rumah Sakit tipe B,
adalah salah satu Rumah Sakit Swasta milik yayasan di i Kota X .
Mempunyai visi sebagai pusat pelayanan
stroke di Indonesia Timur. Pelayanan pada masyarakat pada umumnya adalah Jamkesda, Askes dan Swadana. Letak
Rumah Sakit X berada di tengah kota sehingga mudah di akses oleh masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tidak jauh dari RS ini terdapat satu rumah sakit swasta lainnya.
Sdr. Bekerja sebagai
Karu Perawatan Interna Kelas I berkapasitas
30 TT , BOR 73 %. Setiap Unit
perawatan ini berkapasitas 4 . Unit
ini memiliki 20 perawat : S1 = 10 orang,
D3 = 5 orang , SPK = 5 orang dan 1 orang tenaga administrasi (tenaga
evakuasi=0). Visi misi di ruangan belum ada, dikarenakan rumah sakit masih
tergolong yang baru. Lembar dokumentasi keperawatan masih menggunakan metode
manual , format pengkajian masih dalam bentuk narasi, tidak dalam bentuk
checklist sehingga butuh waktu lama untuk menyusun askep, lembar standar asuhan keperawatan (SAK)
sebagai pedoman perawat belum lengkap. 80 % perawat masih tergolong fresh
graduate(baru lulus ) yang minim
keterampilan dan pengalaman, . Fasilitas ruangan belum lengkap karena sistem
pencairan dana untuk sarana prasarana sepenuhnya dikontrol ketat oleh yayasan. Alat-alat
keperawatan belum sebanding dengan jumlah pasien. Model asuhan keperawatan yang
digunakan adalah model modifikasi tim
dan primer, namun belum disusun struktur organisasi dan job description di
ruangan.
Survei tahun lalu
menunjukkan 67 % klien dan 78 keluarga
menyatakan sangat tidak puas dengan pelayanan keperawatan, 22 klien dan 17
keluarga menyatakan tidak puas, sisanya ragu – ragu. Responden merekomendasikan pelayanan keperawatan di unit
tersebut harus di tingkatkan terutama kinerja perawatnya. Setelah ditelusuri,
hal ini disebabkan kurangnya motivasi kerja perawat disebabkan jasa medis dan keperawatan yang masih sangat
rendah dan terkadang tidak dibayarkan oleh rumah sakit. Operan, pre&post
conference serta elemen MPKP di ruangan belum berjalan sesuai standar, hal ini dikarenakan perawat
belum memahami tentang hal tersebut dan belum pernah dilakukan pelatihan
ataupun sosialisasi terkait MPKP. Sistem koordinasi lebih mudah disebabkan
kepala bidang keperawatan adalah orang yang terbuka dengan saran dan perubahan